Jumat, 03 Juni 2016

Potensi Kawasan Perbatasan

Kakao, Salah Satu Potensi Unggulan Kabupaten Malaka


Sudah menjadi rahasia umum bahwa coklat menjadi salah satu makanan yang berikan kepada orang-orang tercinta pada saat hari Valentine atau momen romantik lainya. Mungkin saja salah satu batang coklat yang pernah anda hadiahkan pada pasangan atau orang-orang tercinta lainya justru dihasilkan dari bumi Malaka.  Kakao yang menjadi bahan dasar pembuatan coklat setelah melalui proses fermentasi sudah  sejak 23 tahun ditanam dan dikembangkan di  desa Wederok, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggra Timur.
Sejak tahun 1992 PT Timor Mitra Niaga yang dimiliki pak Hengki Liyanto ini berinvestasi dalam bentuk perkebunan kakao di Desa Wederok dengan luas lahan 86 hektar dengan jumlah tegakan kakao menempati 68 hektar lahan. Sedangkan  sisanya untuk akses jalan, tempat pengeringan, tempat fermentasi , kantor dan rumah bagi pegawai perkebunan .  Hingga tahun 2015 perkebunan kakao  dengan status HGU (Hak Guna Usaha)  ini menjadi salah satu potensi yang dikembangkan di Kabupaten Malaka.  Setiap hektar lahan perkebunan ini ditanami 1100 pohon kakao yang jika ditotal maka jumlah pohon kakao diperkebunan ini mencapai  78.800 pohon kakao yang masih terus berproduksi hingga sekarang.  Karena tidak semua bagian dari lahan perkebunan ini ditanamai Kakao, maka kekosongan atau celah dari tanaman kakao ditanami tanaman lain. Lahan ini dibedakan menjadi dua tanda warna yaitu jalur hijau yang bisa ditanami  tanaman kakao sedangkan jalur merah tidak bisa ditanami kakao  dan untuk mengisi kekosongan ini maka jalur merah ditanami pinang, kelapa, mahoni dan jati putih.
Kabag Perkebunan , Tiberius Sem yang ditemui di kantor perkebunan PT  Timor Mitra Niaga (jumat, 8/05/2015) mengatakan bahwa perkebunan ini pernah mencapai puncak hasil panen yaitu 52 ton pada tahun 2014.
“  selama ini kita biasa panen antara bulan juni dan juli. Hasil panen kebun ini tidak stabil, kita pernah mencapai puncak itu 52 ton pada tahun 2004. Musim hujan dan kemarau serta  bencana banjir kadang menjadi salah satu faktor penyebab naik turunya hasil produksi kebun ini. Pada tahun 2014 produksi kita  22,3 ton saja. “ jelasnya
Kehadiran perkebunan ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar desa Wederok karena bisa menyerap tenaga kerja khususnya pada saat panen.
“  jumlah pekerja tetap disini sebanyak 40 orang , staf  (kantor) sampai yang bekerja di lapangan. Kalau saat panen kita pake borongan lepas , kita merekrut masyarakat sekitar sini. Mereka petik dan kakao basah kita timbang diberi upah Rp. 750,- perkilo.  Dengan kehadiran kebun ini cukup membantu menyerap tenaga kerja lokal yang ada “.
Komoditas pertanian khususnya kakao sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten Malaka. Masyarakat  masih bisa diberdayakan untuk menanam komoditas ini di wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste, mereka membutuhkan peralatan pertanian modern, pelatihan dan cara bercocok tanam yang baik. Hasilnya dapat dijual kepada pengusaha kakao yang ada di kabupaten Malaka . (Freddy Oki & Ronald Lily/Red*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar