Kakao, Salah Satu Potensi Unggulan Kabupaten Malaka
Sudah menjadi rahasia umum bahwa
coklat menjadi salah satu makanan yang berikan kepada orang-orang tercinta pada
saat hari Valentine atau momen romantik lainya. Mungkin saja salah satu batang
coklat yang pernah anda hadiahkan pada pasangan atau orang-orang tercinta
lainya justru dihasilkan dari bumi Malaka.
Kakao yang menjadi bahan dasar pembuatan coklat setelah melalui proses
fermentasi sudah sejak 23 tahun ditanam
dan dikembangkan di desa Wederok,
Kabupaten Malaka, Nusa Tenggra Timur.
Sejak tahun 1992 PT Timor Mitra
Niaga yang dimiliki pak Hengki Liyanto ini berinvestasi dalam bentuk perkebunan
kakao di Desa Wederok dengan luas lahan 86 hektar dengan jumlah tegakan kakao
menempati 68 hektar lahan. Sedangkan sisanya
untuk akses jalan, tempat pengeringan, tempat fermentasi , kantor dan rumah bagi pegawai perkebunan . Hingga tahun 2015 perkebunan kakao dengan status HGU (Hak Guna Usaha) ini menjadi salah satu potensi yang dikembangkan
di Kabupaten Malaka. Setiap hektar lahan
perkebunan ini ditanami 1100 pohon kakao yang jika ditotal maka jumlah pohon
kakao diperkebunan ini mencapai 78.800
pohon kakao yang masih terus berproduksi hingga sekarang. Karena tidak semua bagian dari lahan perkebunan ini ditanamai
Kakao, maka kekosongan atau celah dari tanaman kakao ditanami tanaman lain.
Lahan ini dibedakan menjadi dua tanda warna yaitu jalur hijau yang bisa
ditanami tanaman kakao sedangkan jalur
merah tidak bisa ditanami kakao dan
untuk mengisi kekosongan ini maka jalur merah ditanami pinang, kelapa, mahoni
dan jati putih.
Kabag Perkebunan , Tiberius Sem
yang ditemui di kantor perkebunan PT
Timor Mitra Niaga (jumat, 8/05/2015) mengatakan bahwa perkebunan ini
pernah mencapai puncak hasil panen yaitu 52 ton pada tahun 2014.
“
selama ini kita biasa panen antara
bulan juni dan juli. Hasil panen kebun ini tidak stabil, kita pernah mencapai
puncak itu 52 ton pada tahun 2004. Musim hujan dan kemarau serta bencana banjir kadang menjadi salah satu
faktor penyebab naik turunya hasil produksi kebun ini. Pada tahun 2014 produksi
kita 22,3 ton saja. “ jelasnya
Kehadiran perkebunan ini menjadi
berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar desa Wederok karena bisa menyerap
tenaga kerja khususnya pada saat panen.
“ jumlah pekerja tetap disini
sebanyak 40 orang , staf (kantor) sampai
yang bekerja di lapangan. Kalau saat panen kita pake borongan lepas
, kita merekrut masyarakat sekitar sini. Mereka petik dan kakao basah kita
timbang diberi upah Rp. 750,- perkilo. Dengan kehadiran kebun ini cukup membantu
menyerap tenaga kerja lokal yang ada “.
Komoditas pertanian khususnya
kakao sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten Malaka. Masyarakat masih bisa diberdayakan untuk menanam
komoditas ini di wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan Negara
Timor Leste, mereka membutuhkan peralatan pertanian modern, pelatihan dan cara
bercocok tanam yang baik. Hasilnya dapat dijual kepada pengusaha kakao yang ada
di kabupaten Malaka . (Freddy Oki & Ronald Lily/Red*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar